DREAM STORY - Bertemu dengan MFZ dan BWS
Oleh : Hakim Syah Reza Lubis
Awal dari sebuah mimpi.......
Aku
dikejutkan oleh beberapa orang asing yang datang kemari, desa yang bila
ditempuh dari Kota Medan membutuhkan
waktu sekitar 12 jam perjalanan, desa yang berada didataran tinggi dengan
topografi yang berbukit-bukit dan merupakan tempat yang sudah aku diami sejak
beberapa bulan terakhir. Gaya mereka memang terlihat seperti anak-anak PA
(Penikmat Alam), tapi bukan itu alasan yang telah membuatku terkejut, melainkan
karena beberapa orang di antara mereka merupakan sosok yang aku kenal.
Sore ini
terhitung dua kali kedatangan orang asing. Pertama seorang pria dengan inisial
BWS yang tidak didampingi siapapun, sepertinya single backpacker. Kedua merupakan rombongan anak muda yang berjumlah
sekitar delapan orang, empat orang pria dan empat orang wanita, salah seorang wanita
diantara mereka ada yang berinisial MFS. Aku dengar mereka akan berkemah di
desa ini nanti malam.
Malam
ini aku berkunjung ke lokasi perkemahan mereka yang tidak jauh dari perkebunan
warga. Aku mendatangi tenda BWS terlebih dahulu, maklum saja dia sendirian di
dalam tenda, aku merasa dia butuh teman ngobrol dan teman “bermain”.
“Hai
bray, apa kabar?” ucapku kepada BWS.
“Sehat
cing, kau apa kabar?”ucap BWS kepadaku.
“Alhamdulillah
sehat bray, dalam rangka apa kau kemari?”.
“Mau
mencari tempat-tempat menarik yang ada di sekitar sini”.
Kemudian
aku beranjak ke tenda MFS and the gang
yang tidak jauh dari tenda BWS, mereka mendirkan dua buah tenda. Aku masih
belum tahu apakah antara BWS dan MFS saling mengetahui keberadaan mereka di
desa ini, atau jangan-jangan awalnya mereka merupakan satu team dalam perjalanan, lalu terjadi perdebatan yang membuat mereka
menjadi terpecah belah, karena mereka semua merupakan anggota Mapala Unimed,
bukan Mapala (Mama Papa Larang). Sudahlah! Aku tidak mau menerka yang
bukan-bukan.
“Lestari!”,
ucapku kepada mereka yang tengah berbincang-bincang di dalam tenda.
“Lestari
bung!”, jawab mereka.
“Galau
mana ya?”, tanyaku tentang keberadaan MFS.
“Galau
nggak ada disini”, jawab salah seorang yang bernama Bubar.
Aku
terdiam sejenak sembari memperhatikan seisi tenda, aku tidak yakin MFS tidak
ada disini karena tadi sore aku melihat dia bersama mereka. Seketika mataku
tertuju ke arah selimut yang ada di samping Bubar, aku merasa kalau MFS ada di
dalam selimut karena terlihat seperti
ada orang di dalamnya. Aku tidak mau berdebat dengan mereka, aku lebih memilih
meninggalkan lokasi perekemahan tersebut.
....... akhir dari sebuah mimpi.
14.30
WIB, aku terbangun dari tidur.
Dari kiri ke kanan; BWS, MFS, dan HSRL di Puncak Gunung Sibayak saat Kuliah Kerja Lapangan I, 6 Mei 2012, 11.37 WIB. |
Komentar
Posting Komentar