DREAM STORY - Bertemu dengan MFZ dan BWS

 Oleh : Hakim Syah Reza Lubis

            Minggu, 11 Juni 2017, 12.30 WIB, aku menunaikan tidur siang.
Awal dari sebuah mimpi.......
            Aku dikejutkan oleh beberapa orang asing yang datang kemari, desa yang bila ditempuh dari Kota Medan  membutuhkan waktu sekitar 12 jam perjalanan, desa yang berada didataran tinggi dengan topografi yang berbukit-bukit dan merupakan tempat yang sudah aku diami sejak beberapa bulan terakhir. Gaya mereka memang terlihat seperti anak-anak PA (Penikmat Alam), tapi bukan itu alasan yang telah membuatku terkejut, melainkan karena beberapa orang di antara mereka merupakan sosok yang aku kenal.
            Sore ini terhitung dua kali kedatangan orang asing. Pertama seorang pria dengan inisial BWS yang tidak didampingi siapapun, sepertinya single backpacker. Kedua merupakan rombongan anak muda yang berjumlah sekitar delapan orang, empat orang pria dan empat orang wanita, salah seorang wanita diantara mereka ada yang berinisial MFS. Aku dengar mereka akan berkemah di desa ini nanti malam.
            Malam ini aku berkunjung ke lokasi perkemahan mereka yang tidak jauh dari perkebunan warga. Aku mendatangi tenda BWS terlebih dahulu, maklum saja dia sendirian di dalam tenda, aku merasa dia butuh teman ngobrol dan teman “bermain”.
            “Hai bray, apa kabar?” ucapku kepada BWS.
            “Sehat cing, kau apa kabar?”ucap BWS kepadaku.
            “Alhamdulillah sehat bray, dalam rangka apa kau kemari?”.
            “Mau mencari tempat-tempat menarik yang ada di sekitar sini”.
            Kemudian aku beranjak ke tenda MFS and the gang yang tidak jauh dari tenda BWS, mereka mendirkan dua buah tenda. Aku masih belum tahu apakah antara BWS dan MFS saling mengetahui keberadaan mereka di desa ini, atau jangan-jangan awalnya mereka merupakan satu team dalam perjalanan, lalu terjadi perdebatan yang membuat mereka menjadi terpecah belah, karena mereka semua merupakan anggota Mapala Unimed, bukan Mapala (Mama Papa Larang). Sudahlah! Aku tidak mau menerka yang bukan-bukan.
            “Lestari!”, ucapku kepada mereka yang tengah berbincang-bincang di dalam tenda.
            “Lestari bung!”, jawab mereka.
            “Galau mana ya?”, tanyaku tentang keberadaan MFS.
            “Galau nggak ada disini”, jawab salah seorang yang bernama Bubar.
            Aku terdiam sejenak sembari memperhatikan seisi tenda, aku tidak yakin MFS tidak ada disini karena tadi sore aku melihat dia bersama mereka. Seketika mataku tertuju ke arah selimut yang ada di samping Bubar, aku merasa kalau MFS ada di dalam selimut  karena terlihat seperti ada orang di dalamnya. Aku tidak mau berdebat dengan mereka, aku lebih memilih meninggalkan lokasi perekemahan tersebut.
            ....... akhir dari sebuah mimpi.
            14.30 WIB, aku terbangun dari tidur.


Dari kiri ke kanan; BWS, MFS, dan HSRL di Puncak Gunung Sibayak saat Kuliah Kerja Lapangan I, 6 Mei 2012, 11.37 WIB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendakian Gunung Pusuk Buhit

PMR Madya dan Wira Sekolah Kallista Mengikuti Pelantikan PMR Se-Kota Batam Tahun 2017

Penyampai Pesan Kematian