Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2023

Rumah Makan Kita

     Sabtu, 21 Desember 2013.             Pelabuhan sudah tampak dari sini, masih ada waktu sekitar dua jam lagi sebelum keberangkatan kapal ke Pelabuhan Ulee Lheue. Perut sudah mengintruksikan otak agar segera mencari rumah makan. Saat berjalan beberapa meter, tampak di sisi kanan jalan warung kopi yang sedang dihadiri para bapak, tidak ramai memang, sekitar tiga orang, mereka duduk terpisah, ditemani rokoknya masing-masing.             Setelah berkompromi, dengan hasil keputusan ini menjadi penampilan terakhir sebelum penyebrangan, kami menepi dan meminta izin kepada empunya warung. Ku mainkan gitar sebagai pertanda intro lagu, Fuad mengringi dengan shaker , kami mulai bernyanyi.             Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan         Sayang engkau tak duduk ...

Kesalahan Mendatangkan Nikmat

  Sabtu, 21 Desember 2013. Dari Bunker Jepang, kami beranjak menuju Tugu Sabang-Merauke, lokasi keduanya tidak berjauhan. Selain ke Tugu KM 0 Indonesia, rasanya tidak sah ke Sabang bila belum ke tugu yang menjadi iconic kota ini. Aku, Fuad, dan Dona tampak semakin kompak dengan kaos hitam bertuliskan SABANG. Lewat hobi tawar-menawarku, kami membelinya dengan harga minimalis di salah satu toko souvenir yang buka lebih awal dibanding beberapa toko lainnya.             Setibanya di tugu yang pada puncaknya terdapat miniatur burung Garuda, kami segera mengabadikan moment dengan berfoto di dekatnya. Dari tempat yang tinggi ini kami dapat melihat birunya laut Kota Sabang serta jajaran bangunan yang menjadi ornamen bagi pesisirnya, semilir angin masih saja bersedia membelai wajah kami yang tampak semakin kusam karena belum mandi dan belum juga mengakhiri petualangan yang murah-meriah ini.       ...

Mandi di Hadapan Rubiah

Oleh: Taring               Jum’at, 20 Desember 2013. Pukul 13.30 WIB, kami bertolak dari Tugu 0 Km Indonesia menuju Pantai Iboih, melangkah di atas aspal yang masih basah. Jalan yang kami lalui sekarang dominan menurun, tentunya tidak begitu menguras tenaga seperti sebelumnya kami menuju tugu.             Setelah satu jam berjalan, kami duduk sejenak dalam rangka meluruskan kaki dan meneguk air putih, di pinggir jalan yang diapit oleh hutan. Dari tadi, sepanjang jalan aku menemukan banyak jejak kaki babi hutan di tanah basah samping jalan, aku juga menunjukkanya ke Fuad dan Dona.             “Gimana nih kalau babinya datang man?” tanyaku ke mereka.             “Lari gaya zigzag lah kita man.” Jawab Dona.         ...