Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Surat Untuk Sendi

Gambar
Bogor, 12 April 2017 Kepada teman karibku Sendi Permana Perangin-angin Di Yogyakarta Assalamu’alaikum. Semoga kau tetap energik! Apa kabar teman? Aku yakin kau selalu bisa dan selalu energik (kata-kata yang sering kita kutip dari tulisan teman kuliah Pak Sugiharto)! Beberapa tahun yang lalu kita masih hidup bersama dalam satu kota (Medan) dan satu pulau (Sumatera). Tapi kini semuanya jauh berbeda, kau dan aku sudah tidak di Pulau Sumatera lagi. Siapa yang dapat menerka-nerka jalan hidup kita? Hanya Allah yang Maha Mengetahui dan Mengendalikan jalan hidup kita, yang jelas kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Nyatanya saat ini kita sedang berada di satu pulau (Jawa), meskipun aku di Kota Bogor (Buitenzorg) dan kau di Kota Yogyakarta. Tujuan kita loncat dari Sumatera ke Jawa adalah sama, untuk mengejar mimpi yang masih tertunda, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk melanjutkan pendidikan. Bedanya, kalau kau udah resmi menjadi mahasiswa magister UGM (Unive...

Kenapa Aku di Batam?

Kenapa Aku di Batam? Dalam acara workshop “Menjadi Guru di Era Revolusi Industri 4.0” aku bertemu dengan beberapa orang yang aku kenal di Jurusan Pendidikan Geografi Unimed, Seperti; Bang Sofyanto, Geovani, dan Dedi. Awalnya Geovani mengajakku untuk mengikuti seminar tersebut, dia mengajakku dengan alasan untuk reunian. Memang selama 1 tahun 6 bulan aku di Batam, kami samasekali belum pernah bertemu, padahal dialah orang yang membuatku bisa berada di Batam. Dia yang menjadi sumber informasi akan adanya lowongan pekerjaan Guru Geografi di SMA Kallista Batam. Aku selalu mengajak Geovani untuk bertemu, tapi memang dia yang selalu sok sibuk. Aku merasa tidak enak jika tidak menemuinya, karena berkat dia aku bisa sampai di Batam. Akhirnya kami bertemu juga hari ini.             Alasan terpentingku mengikuti seminar ini adalah untuk bertemu dengan Bang Sofyanto. Saat aku melihat browsur acara workshop “Menjadi Guru di Era Revolus...

Rindu Masih Menyandra

 Rindu Masih Menyandra Oleh : Hakim Syah Reza Lubis Berpijak... Di atas pencakar langit kota Mengurai kebersamaan yang pernah ada Bukan hilang! Hanya berkurang! Kita teduh berpayungkan malam Dengan taburan bintang yang seadanya Di tepi jurang pencakar langit kota Menatap dalam ke bawah sana Tampak sebesar ujung jari raga-raga bernyawa tengah hilir mudik Tampak sebesar kelingking logam-logam berkaki karet tengah melaju Tampak sebesar ibu jari beton-beton simbol kejayaan menjamur luas Di tepi jurang tanpa pembatas menatap jauh ke arah cakrawala gugusan lilin kota terus saja merayu kita menahan langkah untuk berpisah sementara rindu masih setia menyandra kita Untuk Nahar, Ila, dan vivie (teman di Jurusan Pendidikan Tata Busana Unimed) Saat buka puasa bersama di Plaza Medan Fair Medan, 19 Juli 2014